Tuesday, March 16, 2010

Mengajar


”Semua tempat adalah sekolah dan semua orang adalah guru”

- anonim -

Mengajar bukanlah hal yang baru sebenarnya untukku, karena hal itu pernah kualami pada semester 1 lalu dalam bentuk les privat. Namun yang membuat menarik kali ini adalah karena aku harus mengajar dalam sebuah kelas di Sekolah Dasar Sisir Batu. Aku mengajar Bahasa Inggris untuk kelas empat yang berjumlah 30 orang dengan materi tentang animal. Ada beberapa ketakutan yang aku rasakan sebenarnya, takut jika aku tak bisa menjawab, takut jika ada anak yang mogok, dan lain-lain meskipun pada akhirnya jauh dari itu. Namun, memang benar, anak kecil adalah makhluk yang sangat luar biasa...


Belum sempat aku mengajar, beberapa anak mau meminta ijin untuk keluar dengan banyak alasan. Untuk meminimalisirnya, aku memberi mereka syarat bahwa jika ingin keluar harus ijin dengan memakai bahasa Inggris. Kutuliskan di papan dan kuajarkan cara membacanya, namun hal itu sungguh jauh dari perkiraanku. Banyak murid yang semakin ingin keluar karena ingin mencoba mengucapkannya di depanku. Meskipun banyak murid yang keluar, aku sangat senang ketika mengetahui bahwa mereka sangat ingin mencoba sesuatu yang baru. Hal ini begitu berbeda dengan beberapa orang yang harusnya cukup dewasa yang kukenal.

Begitu pula ketika aku memberikan soal, karena kelas kami terlambat setengah jam maka kerjasama dengan waktu pun harus dengan sebaik-baiknya. Ketika aku beri mereka waktu yang sedikit untuk mengerjakan, meskipun mereka langsung berteriak-teriak mengeluh namun aku tau mereka semua tertantang, terbukti dengan sebagian besar mampu menyelesaikan sebelum waktu habis.

Mendekati berakhirnya waktu, mereka ingin diberi semacam quiz. Ada yang ingin speeling bee, ada yang ingin tebak animal, dan semua keinginan itu sepertinya HARUS diungkapkan dengan teriak. Aku tak mengerti, hal seperti itu sama persis dengan 14 tahun lalu ketika aku kelas 2 SD. Apakah memang rata-rata anak kecil merasa kurang didengarkan oleh orang tua atau lingkungannya, atau memang begitulah cara mereka berkomunikasi. Namun yang pasti agenda quiz yang sama sekali aku tak tahu menahu, membuat waktu yang tengah berjalan menjadi lebih berharga.

Dalam sebuah kelas, sebuah organisasi, sebuah tim, sebuah perusahaan, sebuah rumah, dan di sebuah tempat akan muncul beberapa orang yang banyak bicara, beberapa orang yang mendominasi, beberapa orang yang diam, beberapa orang yang takut mengacungkan jari, beberapa orang yang suka menyerobot, beberapa orang yang manja, dan beberapa yang lainnya. Beberapa orang (termasuk kita) yang tersebut di atas adalah yang hidup di bumi kita ini, dan ada di kelas yang kita ajar. Bila wali kelas benar-benar mau mengembangkan kelas didiknya, maka ilmu tentang kepribadian anak sangat membantu disitu.

Dan apabila anda semua senang atau pernah mempelajari tentang beberapa karakter anak, tidaklah mudah bekerja sama dengan sistem setempat. Karena sistem setempat (secara tidak langsung) menyuruh kita untuk bersikap serius ke murid, menyebut nakal bagi sang pembuat onar, membentak bila semua tak bisa diam, dan hal-hal yang saya pikir kurang begitu efisien dilakukan. Bila seluruh guru di negeri kita ini diberikan pengetahuan tentang kepribadian anak, dan para wali mau mengelompokkan tipe kepribadian secara umum di anak didiknya sehingga mereka mempunyai cara perlakuan yang tidak sembarangan, saya yakin potensi dan emosi tiap anak akan bisa berkembang ke arah yang lebih baik. Jadi, belajarlah meskipun tidak di sebuah sekolah yang resmi dan meskipun bukan pada orang yang lebih tua dari kita karena tiap tempat adalah sekolah dan tiap orang adalah guru.

No comments:

Post a Comment