Saturday, January 2, 2010

Angin Malam


Sebuah pertanyaan yang belum terjawab yang sempat dilontarkan oleh seorang teman mendorong saya untuk menulis saat ini. Siapakah atau apakah angin malam itu ketika saya menyebutnya sebagai “angin malamKu”, yah…mungkin itulah kiranya yang ingin dia tahu.

Angin malam, sesuatu yang lebih sering terasa dingin menusuk tulang, sukar ditebak dalam gelapnya, terkadang kurang menyehatkan karena rasa dinginnya, dan kadang pula sarat dengan ancaman dan ketakutan. Namun, ketika kita mulai mengenal dan berusaha memahaminya, di balik rasa dingin tersebut tersimpan suatu kehangatan yang tak bisa dibandingkan dengan hangatnya perapian. Dia membuat kita merasa aman dalam gelapnya. Membuat kita tak bisa melepasnya begitu saja seperti ketika kita bisa melepaskan barang kesayangan kita, dan membuat kita semakin ingin mengenal, memahami, dan menerima segala ancaman dan ketakutan yang ada. Setidaknya inilah yang saya rasakan tentang sebuah “angin malam”.

Kemudian, kenapa saya (dengan berani) menambahkan kata “ku” pada kata tersebut. Hal itu bukanlah karena saya benar-benar memiliki angin malam tersebut. Namun suasana yang bertolak belakang dari apa yang biasanya beberapa orang pikirkan tentang angin malam ini, yang mana saya rasakan seorang diri, membuat saya berani menambahkan kata “ku”. Karena sisi yang berbeda itu belum bisa terkikis dari pikiran dan hati. Dan mungkin memang akan tetap begitu.

Lepas dari makna angin malam itu adalah apa atau siapa, biarkanlah saya sendiri yang mengartikannya. Atau biarkanlah kerelatifan arti dari masing-masing paradigma yang ada bertindak atas ini semua.

Read More..

Sebuah malam di tahun baru


Sebuah malam dimana banyak orang yang menganggapnya sebagai hari yang istimewa karena merupakan hari dimulainya sebuah kehidupan yang baru dan saat yang tepat untuk memulai memikirkan lagi serentetan planning kegiatan untuk ke depannya. Hari terakhir di tahun 2009 yang sebenarnya ingin kuhabiskan di sebuah puncak gunung (entah dimana tempatnya) terpaksa lagi-lagi harus ditunda. Hanya bisa mengharap agar tahun 2010 bisa membayar hutang yang belum terbayar ini.


Banyak kegiatan yang sedang berlangsung di UKM, mulai dari bakar jagung, bakar ikan, nonton film, bikin pisang bakar, hingga sebuah panggung band pun digelar untuk berpartisipasi dalam menikmati tahun baru. Sebuah kumpulan peristiwa yang ramai dan cukup meriah, yang sangat bertolak belakang dengan apa yang tengah kurasakan saat itu. Sebuah hiruk pikuk yang sama sekali tak menyentuh hatiku yang sedang mengeras. Sebuah keceriaan yang tak bisa sekalipun mengutik perasaanku yang dingin. Entah apa yang terjadi dengan senyum dan tawa yang biasa ada. Entah kemana kekuatan dan ketegaran yang selama ini dibangun.

Riuhnya suara kembang api di daerah Soekarno-Hatta cukup mencuri perhatianku menjelang pukul 00.00. Saat itu bisa kurasakan betapa indahnya sebuah “malam” yang banyak orang menganggap bahwa malam adalah suasana gelap dan dingin. Namun ketika malam berkolaborasi dengan cahaya, indahnya tak kalah dengan cerahnya ketika musim semi. Sesaat terlintas di pikiranku, begitu meriahnya keadaan malam tahun baru yang dihiasi macetnya jalan dan banyaknya kembang api, apakah makna dibalik semua keriuhan ini. Betapa sesungguhnya aku sangat ingin pergi ke sebuah tempat yang tenang dan ditemani oleh teman-teman yang memang ingin memaknai masa setahun yang telah terlewat, dan merencanakan masa-masa yang akan dilalui di tahun mendatang. Bercerita bersama, mengeluh bersama, berbangga bersama, marah bersama, tertawa bersama, atau bolehlah juga bila harus menangis…..bersama, disertai dengan percikan api kecil dan secangkir kopi sambil menikmati hembusan angin malam yang hangat.

Hmmm…waktu yang telah berlalu adalah proses untuk memaafkan diri sendiri atas kelalaian dan berterimakasih untuk usaha yang telah kita lakukan dalam proses pendewasaan diri. Waktu yang akan datang adalah saat dimana kita bisa menggambarkan apa yang ingin kita raih. Dan sekarang adalah proses bersyukur dengan cara berbuat sesuatu dengan sebaik-baiknya dan berarti bagi (setidaknya) bagi diri sendiri dan orang lain.

Read More..