Saturday, October 16, 2010

Untuk orang yang aku sayangi.

Saat aku memutuskan untuk menyayangimu lebih dari orang lain dalam kehidupanku, aku yakin suatu hari nanti, cepat atau lambat, aku akan kehilangan ragamu. Tak tau apakah itu karena Tuhan yang memanggilmu, atau karena keputusan yang kau buat. Bahkan ketika aku masih sangat menyayangimu seperti saat ini, aku pun tetap menyadari hal itu akan terjadi. Ada kalanya aku bisa lebih lapang menerima semua kenyataan yang pasti akan terjadi, seperti saat aku menulis ini. Namun ada pula saatnya ketika aku menangis karena rasa sesak yang memenuhi hatiku ketika rasa manusiawi itu datang, yaitu rasa takut akan kehilangan.

Kita sering tak menyadari ketika sebuah perasaan berubah, ketika muncul, ketika berkembang, ketika menguat, ketika menjadi memudar, atau ketika menghilang. Namun sebelum semua itu hilang, atau sebelum aku kehilangan ragamu, setidaknya aku telah berusaha semampuku untuk memberikan yang terbaik atas rasa sayang yang aku kenalkan dan tawarkan kepadamu. Setidaknya suatu hari nanti ketika kau sendirian ditemani bintang dan angin malam, atau ditemani ombak dan matahari yang tengah terbenam, kau akan teringat padaku, teringat pada rasa sayang yang aku kenalkan dengan gayaku. Dan kau akan tersenyum.

”Dia adalah sebuah tembok yang besar, dan aku adalah sebuah lumpur. Meskipun lumpur ini tak bisa membasahi keseluruhan tembok tersebut, namun setidaknya akan membekas di sana selamanya”

-inspired by Andrea Hirata-

Read More..

Bisakah kau menyayangi dirimu dengan mempertimbangkan kebiasaan merokok?

Bila nanti Tuhan benar-benar telah mempercayakan dirimu padaku, aku ingin mengatakan beberapa hal yang mungkin tidak kau suka. Kata orang, wanita sangat suka bicara, aku tak tau apakah memang begitu, namun bila itu benar, maka aku tak ingin menyianyiakan kelebihan itu dan akan mempergunakannya semaksimal mungkin. Sudah lama dirimu menghisap tembakau bernama rokok, dan sudah lama pula aku mengganggumu dengan sering menyembunyikan rokokmu. Sungguh tak banyak keinginanku untuk mengaturmu, apalagi melarang hal-hal yang telah ku lakukan sebelum kau mengenalku. Karena mengenal dirimu saja adalah bagian rasa terimaksihku padaNya.

Sebagai orang yang begitu menyayangimu, aku sadar bahwa kamu bisa diambil kapan saja oleh Yang Memilikimu. Dalam waktu yang tak tentu ini, aku ingin kau tau, bahwa aku ingin bersamamu dalam keadaan sehat. Aku ingin terus berjalan bersamamu mencari sesuatu yang tertinggal meskipun di tengah malam, seperti malam itu, bukan melihatmu tergeletak karena sakit paru-paru. Aku ingin melihatmu menertawaiku saat aku tak tau bahwa kau tengah mengusiliku, seperti saat di kafe itu, bukan melihatmu batuk-batuk tak menentu.

Mungkin ini terlalu berlebihan, namun bukanlah memang begitu diriku, seorang wanita yang terkadang berlebihan untuk sesuatu hal yang disayanginya. Bukan berarti aku tak mau disampingmu ketika kau mengalami rasa sakit, aku hanya ingin kau lebih mempertimbangkan kebiasaanmu, mengingat bahwa kamu sendiri yang bilang bahwa akan lebih baik bila berhenti merokok atas keinginan diri sendiri.

Namun Sayang, aku hanya butuh mengatakan hal ini padamu ketika Tuhan benar-benar akan meminjamkan kamu lebih lama untukku. Aku tak akan menuntut, mengatur, atau melarang. Namun aku akan meminta pada Yang Maha Punya untuk senantiasa menjagamu dan memberikan kualitas pada setiap detik kebersamaan kita. Semoga Tuhan bisa mempercayakan dirimu padaku, untuk menemanimu dan menjaga hatimu di jalanNya.

Read More..

Tuesday, March 16, 2010

Ucapan Maaf untuk Teater O


”Memenuhi segala kecocokan dengan hati semua manusia adalah hal yang tidak mungkin kamu capai”

- Imam Syafi’i -


Pertama kali aku melihatmu, aku merasa bahwa ada kecocokan hati di antara kita yang dijembatani oleh kata ”bebas” dengan simbol lingkaran yang tak terputus. Melihat para penikmat seni yang berkutat di dirimu, aku merasa bahwa aku telah bertemu dengan calon saudaraku. Aku merasa bahwa aku akan menemukan sebuah ”rumah” dalam arti yang sebenarnya, bahwa aku akan menemukan sebuah rasa yang aku tak tau namanya yang membuatku tak takut pada apapun, yang membuatku tak mengenal lagi apa rasa malu. Dan ternyata itu semua benar...


Kaulah yang mengajarkanku bahwa hidup berisi macam ragam hal yang sangat berbeda bahkan beberapa adalah hal yang aku benci atau bertentangan dengan kepercayaanku, dan semua hal tersebut adalah sepenuhnya hakku untuk memilih. Kau yang mengajarkanku bahwa kebebasan yang tak terbatas adalah pada diriku sendiri. Kau mengajarkanku bahwa rasa malu ada pada pikiranku, dan satu-satunya cara meminimalisirnya atau bahkan menghilangkannya adalah dengan membangun ulang mindsetku. Dan kaulah yang mengajarkanku bahwa cinta pun ternyata tak terbatas meskipun bisa berubah bentuk.

Mungkin kau marah ketika aku meninggalkanmu hanya karena kau tergantikan dengan nama yang baru. Namun taukah kau, bahwa cintaku mati bersamaan dengan matinya hatimu, karena ternyata bukan hanya namamu yang mati, namun juga para penikmat seni yang berkutat di dirimu. Pada mulanya memang hanya namamu yang terganti, namun lama-lama mereka pun mengganti isi organmu dan pada akhirnya mereka pun telah menggantikan hatimu, sehingga kau benar-benar sudah terganti esensi.

Mereka tak lagi memandangmu sebagai sebuah rumah yang bisa memeluk dan menghangatkan kami, namun mereka menjadikanmu sebuah badan organisasi yang penuh intrik dan politik. Mereka memandang bahwa yang seniorlah yang mempunyai kuasa dan suara keputusan, mereka tak lagi memandangmu sebagai tempat berkarya dan kepuasan batin, namun sebagai badan yang membuat mereka berjiwa chauvinisme dengan emosi sebagai pengemudinya. Mereka tak lagi memandang bahwa semua penikmat seni adalah saudara, namun sebagai budak yang harus berjanji setia sampai mati untukmu. Bukankah kau tak pernah mengajarkan itu pada kami? Bukankah kau hanya ingin memeluk dan menghangatkan kami tak peduli apa kepercayaan kami, tak peduli siapa Tuhan kami, tak peduli berapa umur kami, tak peduli seberapa bodohnya kami dalam hal seni, dan tak peduli apakah kami loyal padamu atau tidak.

Apakah kau melihat diklat yang terjadi baru-baru ini? Semoga kau tak melihat karena aku tak mau kau menjadi sedih atau menyesal telah dilahirkan. Aku melihat seseorang yang sangat memegang kepercayaannya dan mempunyai keinginan yang besar untuk belajar, diremehkan dan disarankan untuk tidak diterima oleh senior hanya karena dia berusaha untuk bersikap profesional sehingga dianggap tidak memprioritaskan organisasi. Aku melihat seseorang yang belum begitu stabil disuruh berjanji untuk setia dan menjaga organisasi. Aku melihat seseorang yang ditertawakan remeh karena menyatakan bahwa dia ingin refreshing di organisasi ini. Taukah kau, sesungguhnya aku miris melihat itu semua.

Apa mungkin mereka lupa tentang tujuanmu ada di sini, atau mungkin dengan bergantinya namamu maka berganti pula esensimu, atau tempat kita ini sekarang tak lagi menerima perbedaan, atau tempat ini memanglah bukan dirimu?
Maka aku nyatakan maaf, padamu, pada saudara-saudara penikmat seni yang dulu, pada semua yang mempertanyakan ini namun tak mau menanyakan langsung padaku...

Teater O, kaulah guru pertamaku di dunia kampus ini...

Read More..

Mengajar


”Semua tempat adalah sekolah dan semua orang adalah guru”

- anonim -

Mengajar bukanlah hal yang baru sebenarnya untukku, karena hal itu pernah kualami pada semester 1 lalu dalam bentuk les privat. Namun yang membuat menarik kali ini adalah karena aku harus mengajar dalam sebuah kelas di Sekolah Dasar Sisir Batu. Aku mengajar Bahasa Inggris untuk kelas empat yang berjumlah 30 orang dengan materi tentang animal. Ada beberapa ketakutan yang aku rasakan sebenarnya, takut jika aku tak bisa menjawab, takut jika ada anak yang mogok, dan lain-lain meskipun pada akhirnya jauh dari itu. Namun, memang benar, anak kecil adalah makhluk yang sangat luar biasa...


Belum sempat aku mengajar, beberapa anak mau meminta ijin untuk keluar dengan banyak alasan. Untuk meminimalisirnya, aku memberi mereka syarat bahwa jika ingin keluar harus ijin dengan memakai bahasa Inggris. Kutuliskan di papan dan kuajarkan cara membacanya, namun hal itu sungguh jauh dari perkiraanku. Banyak murid yang semakin ingin keluar karena ingin mencoba mengucapkannya di depanku. Meskipun banyak murid yang keluar, aku sangat senang ketika mengetahui bahwa mereka sangat ingin mencoba sesuatu yang baru. Hal ini begitu berbeda dengan beberapa orang yang harusnya cukup dewasa yang kukenal.

Begitu pula ketika aku memberikan soal, karena kelas kami terlambat setengah jam maka kerjasama dengan waktu pun harus dengan sebaik-baiknya. Ketika aku beri mereka waktu yang sedikit untuk mengerjakan, meskipun mereka langsung berteriak-teriak mengeluh namun aku tau mereka semua tertantang, terbukti dengan sebagian besar mampu menyelesaikan sebelum waktu habis.

Mendekati berakhirnya waktu, mereka ingin diberi semacam quiz. Ada yang ingin speeling bee, ada yang ingin tebak animal, dan semua keinginan itu sepertinya HARUS diungkapkan dengan teriak. Aku tak mengerti, hal seperti itu sama persis dengan 14 tahun lalu ketika aku kelas 2 SD. Apakah memang rata-rata anak kecil merasa kurang didengarkan oleh orang tua atau lingkungannya, atau memang begitulah cara mereka berkomunikasi. Namun yang pasti agenda quiz yang sama sekali aku tak tahu menahu, membuat waktu yang tengah berjalan menjadi lebih berharga.

Dalam sebuah kelas, sebuah organisasi, sebuah tim, sebuah perusahaan, sebuah rumah, dan di sebuah tempat akan muncul beberapa orang yang banyak bicara, beberapa orang yang mendominasi, beberapa orang yang diam, beberapa orang yang takut mengacungkan jari, beberapa orang yang suka menyerobot, beberapa orang yang manja, dan beberapa yang lainnya. Beberapa orang (termasuk kita) yang tersebut di atas adalah yang hidup di bumi kita ini, dan ada di kelas yang kita ajar. Bila wali kelas benar-benar mau mengembangkan kelas didiknya, maka ilmu tentang kepribadian anak sangat membantu disitu.

Dan apabila anda semua senang atau pernah mempelajari tentang beberapa karakter anak, tidaklah mudah bekerja sama dengan sistem setempat. Karena sistem setempat (secara tidak langsung) menyuruh kita untuk bersikap serius ke murid, menyebut nakal bagi sang pembuat onar, membentak bila semua tak bisa diam, dan hal-hal yang saya pikir kurang begitu efisien dilakukan. Bila seluruh guru di negeri kita ini diberikan pengetahuan tentang kepribadian anak, dan para wali mau mengelompokkan tipe kepribadian secara umum di anak didiknya sehingga mereka mempunyai cara perlakuan yang tidak sembarangan, saya yakin potensi dan emosi tiap anak akan bisa berkembang ke arah yang lebih baik. Jadi, belajarlah meskipun tidak di sebuah sekolah yang resmi dan meskipun bukan pada orang yang lebih tua dari kita karena tiap tempat adalah sekolah dan tiap orang adalah guru.

Read More..

SEBUAH KEPUTUSAN






”3 hal yang tak pernah kembali; waktu, ucapan, kesempatan”

- anonim -




Setiap manusia pasti pernah membuat keputusan yang kurang tepat yang bisa membuatnya menyesal/ terhapuskan. Seperti dalam film The Photograph yang dibintangi oleh Shanty, berperan sebagai Sita, yang menceritakan tentang lelaki tua (Pak Johan) yang bekerja sebagai seorang Fotografer, pemilik rumah kos yang ditinggali Sita. Pak Johan dikenal sebagai seorang lelaki yang aneh setelah ditinggal mati istri dan anaknya akibat tertabrak kereta. Lelaki tua yang tak banyak bicara itu mengajarkan banyak hal tentang kehidupan bagi Sita yang bekerja sebagai penyanyi di karaoke/club dan bekerja sambilan sebagai pelacur.


Sita yang harus menanggung nenek yang tengah sakit dan butuh operasi beserta anaknya yang bernama Yani di kampung halamannya, memaksanya untuk melacur dan membohongi orang di kampungnya bahwa dia tengah bekerja di pabrik baju bagian kancing. Kehidupan melacur yang keras beserta dikejar-kejar seorang lelaki yang terus menagih hutang keluarganya yang besar, memaksanya untuk terus menahan rasa perih di hatinya. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menyudahi semuanya dan bekerja di tempat Pak Johan untuk sementara karena dia tak bisa membayar uang sewa kamar. Bekerja pada Pak Johan membuat Sita lebih mengerti sedikit demi sedikit kehidupan Pak Johan. Suatu ketika Pak Johan berkata padanya bahwa dalam sebuah foto, kita tak dapat menipu atas hal yang kita rasakan. Terserah kita, mana yang akan kita ambil dan kita pajang dan mana yang ingin kita simpan.

Di ujung waktu terakhir Pak Johan, dia menceritakan kepada Sita tentang rahasia yang selama ini dipendamnya sendiri dan membuat jiwanya mati. Bahwa foto-foto yang selama ini dia simpan adalah foto-foto potongan tubuh mayat istri dan anaknya, bahwa sesungguhnya dia berada di tempat kejadian ketika anak istrinya tertabrak kereta api. Saat itu Pak Johan adalah seorang pemuda yang tak mau mewarisi apa yang diberikan leluhurnya, dan tak mau menjadi seseorang yang terus menurut. Pada saat itu dia mengatakan bahwa dia tak mencintai Sally (istrinya), bahwa dia tak pernah mencintai istrinya selama itu agar dia bisa pergi dari semua warisan dan tuntutan leluhurnya. Istrinya yang tak tau menahu tentang maksud dan keinginan Pak Johan, memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dan anaknya dengan menabrakkan kereta api yang tengah dinaiki suaminya itu. Kereta api yang tiba-tiba berhenti setelah mengalami sedikit guncangan menyebabkan penumpang kereta termasuk Pak Johan keluar untuk melihat apa yang terjadi. Kecelakaan adalah momen yang tepat untuk pengambilan foto, dan itulah yang dilakukan oleh Pak Johan muda. Dan barulah dia menyadari bahwa yang dia potret itu adalah istri dan anaknya ketika dia tengah memotret sebuah tangan penuh darah yang memakai gelang yang sangat dikenalnya.

Peristiwa tersebut selalu membekas selama hidupnya dan menjadikan jiwanya mati atas semua penyesalannya. Sebelum dia meninggal dunia, dia sempat menyuruh Sita untuk pergi dan menyuruhnya untuk menemui anaknya dan memeluknya. Karena...tak ada yang lebih baik selain bersama dengan orang yang kita sayangi.


Read More..

LUKA


”Sakit adalah jalan untuk menemukan pemahaman siapa diri kita dan siapakah sahabat di sekitar kita”
- La Tahzan for Teens –


Mendengar kata luka, pikiran kita tak akan jauh-jauh dari kata sakit, perih, darah (mungkin), hancur, dsb. Dan untuk mengobatinya, kita tak perlu pusing yang berlebihan untuk menyembuhkan luka tersebut karena banyak rumah sakit atau apotek di sekitar kita. Namun, bagaimana bila luka tersebut adalah luka hati....???

Luka hati bahkan tak berdarah dan tak terlihat seperti apa, didukung dengan tak adanya rumah sakit yang bisa menyembuhkannya atau apotek yang menyediakan obatnya. Lalu bagaimanakah kiranya menyembuhkan luka hati?

Pada dasarnya penyembuhan luka satu dengan yang lainnya tak jauh berbeda, jadi luka hati pun bisa disembuhkan seperti luka gores. Bila terjadi luka gores, hal pertama yang harus kita lakukan adalah memastikan agar luka itu bersih, bisa memakai alkohol yang perih, revanol, atau air putih yang dingin. Begitu pula jika terjadi luka hati, maka kita pun harus memastikannya agar luka tersebut bersih dari prasangka atau pengaruh kotor dari luar dengan cara mengkomunikasikan apa yang tengah mengganjal dan membuat sakit. Bisa saja hasil komunikasi tersebut berakibat sangat perih pada hati kita seperti layaknya efek yang ditimbulkan oleh alkohol atau plong dan dingin seperti efek yang ditimbulkan oleh air putih.

Setelah luka benar-benar bersih, luka harus segera diobati untuk meminimalisir rasa sakitnya. Untuk luka gores, luka bisa diberi betadin yang sedikit perih namun bisa cepat mengering atau luka bisa diberi semacam Hansaplast agar tidak terbentur namun memerlukan waktu kering agak lama. Tidak jauh beda dengan luka hati, luka jenis ini pun harus segera diobati jika ingin meminimalisir rasa sakitnya. Mencari kegiatan lain di luar hal yang biasa kita lakukan untuk meminimalisir apa yang membuat hati ini sakit akan sangat membantu proses penyembuhan luka jenis ini dengan cepat. Bisa juga layaknya hansaplast, dengan mencari pengganti hal yang melukai hati atau pergi jauh, namun proses ini tidak bisa menyembuhkan luka jenis ini dengan cepat.

Apapun jenis luka tersebut, tak ada luka yang benar-benar bisa disembuhkan seperti semula. Yang ada hanyalah dipulihkan dan dijaga agar tidak terdapat luka di bagian yang sama untuk waktu ke depannya.

Read More..

Wednesday, March 10, 2010

HIM


The proper response to love is to accept it
There is nothing to do...
(Archbisop Anthony Bloom)





Seseorang yang penuh kejutan. Terkadang tiba-tiba berada di depan pintu kos ketika aku memakai baju tidur atau sedang asik-asiknya main game. Tiba-tiba ada di depanku ketika aku sedang nongkrong dengan teman-temanku dan memberiku waktu tak lebih dari 2 menit untuk menyampaikan apa yang dipikirkannya dan membuatku tercengang. Tiba-tiba meneleponku dan mengajak keluar dalam keadaan basah kuyup akibat pesta kejutan teman-temannya. Tiba-tiba mengajakku hujan-hujan dan berkeliling kampus. Tiba-tiba menculikku ke kontrakannya untuk masak bersama.


Seseorang dengan kesederhanaan yang mengagumkan. Bersamanya, aku tak perlu menjadi siapapun. Bersamanya, aku bisa mengeluh tanpa takut akan disalahkan. Di depannya, aku tak perlu malu meskipun aku tak bisa memasak atau tak bisa bangun pagi atau karena aku bukan orang yang rapi. Dengannya, aku bisa bersikap kekanakan tanpa harus takut untuk diminta berubah dalam bersikap.

Aku tak tau siapa di antara kami yang mempunyai rasa sayang yang lebih besar. Aku tak tau apa yang bisa membuatku benar-benar marah padanya dan sebaliknya.
Aku tak tau apakah semua rasa ini akan terjaga sampai nanti seperti yang kami inginkan bersama.
Aku tak tau apakah suatu saat nanti dia akan membohongi, mengkhianati atau meninggalkan aku.
Aku tak tau apakah aku akan tetap menjadi istimewa di matanya dan akan tetap mewarnai hatinya.

Karena yang aku tau adalah...
Hingga saat ini, sekarang, aku ingin terus belajar untuk tetap menjadi istimewa baginya...

Thanks God for sending him to me... ^_^

Read More..

Perempuan dan Perasaan


Berbicara tentang sebuah hubungan, sebagai seorang perempuan, saya ingin sedikit mengeluarkan uneg-uneg yang terkadang mengganggu saya. Dalam sebuah hubungan, rasa kangen adalah rasa yang wajar dan tak terencana datangnya. Dan sebagai seorang perempuan yang lebih sering terdominasi oleh perasaan, saya yang senantiasa berusaha berpikir secara rasional kurang bisa menahan ekspresi akibat dari rasa tersebut. Tanpa sadar saya akan bersikap tidak jelas dan bingung sendiri. Parahnya, saya yang sedikit mengetahui bahwa lelaki kurang bisa mengerti sesuatu yang abstrak, tak lagi mengindahkan hal itu dan terdominasi oleh naluri kewanitaan saya, yaitu ingin dia mengerti tanpa harus saya bilang tujuan utamanya (kangen). Dan ketika calon partner hidup saya itu (tentu saja) tidak menangkap maksud saya, saya akan semakin ga jelas dan kesal. Sangat lucu memang...
Saya sering tertawa sendiri ketika memikirkan peristiwa yang sangat sering terjadi ini. Saya sependapat dengan teman organisasi saya, panggil saja Saji (nama sebenarnya), bahwa laki-laki lebih bisa memberi sekat pada hubungan dan kegiatan lainnya dan mungkin hal inilah yang menyebabkan lelaki lebih bisa mengontrol ekspresinya ketika dia sedang mengalami saat-saat kangen. Terlebih juga karena sebagian lelaki kurang bisa fokus pada beberapa hal sekaligus, sehingga mereka bisa untuk tidak keseringan berpikir tentang perempuan yang mereka sayang.

Seorang teman perempuan saya pernah bercerita bahwa sangat berat baginya ketika dia sulit untuk bertemu dengan lelaki yang dia sayang karena hubungan jarak jauh (LDR). Si lelaki menganggap keinginannya bertemu atau di telp adalah sebuah perbuatan yang kurang perlu karena permasalahan finansial, dan pendapat si lelaki ini menurut saya memang rasional. Namun bagaimana kalau kita dengarkan juga dari pihak perempuan. Dia menyatakan bahwa sangat susah untuk tidak mengekspresikan rasa rindunya, bahwa sangat susah untuk menahannya dalam hati dan seolah semua baik-baik saja. Dan bertemu dengan si lelaki adalah suatu cara untuk meyakinkan dia bahwa rasa sayang mereka masih tetap terjaga...

Di sini, tanpa bermaksud menarik kesimpulan sendiri, apakah para lelaki tidak tertarik untuk mempelajari bagaimana perempuan secara umum? Mengingat bahwa bukan hanya wanita yang misterius, namun lelaki pun juga merupakan makhluk yang misterius. Bahwa sebagai perempuan, sesungguhnya kami begitu sulit menahan perasaan kami, sulit untuk tetap diam ketika rasa khawatir menjalar, sulit menerima bahwa ungkapan sayang cukup hanya dikatakan sekali, dan perasaan-perasaan lainnya. Bila anda sengaja atau tidak sengaja membaca tulisan ini, saya pikir dan rasa, akan sangat menyenangkan bila anda membagi pemikiran anda tentang hal ini karena saya sebagai perempuan terkadang bingung bagaimana harus bersikap ”biasa” ala lelaki.

Read More..

Thursday, February 18, 2010

Ungkapan ”Lebih Baik”

Beberapa orang (umpamakan A) sempat mengatakan pada pasangannya (umpamakan B) bahwa B akan mendapatkan orang yang lebih baik dari A, ketika A merasa tak bisa menjalin hubungan lebih jauh dengan pasangannya tersebut. Lalu, bisakah kita pertanyakan kembali maksud dibalik kata ”lebih baik” itu? Karena si B akan berpikir bahwa siapa yang bisa menjadi lebih baik ketika yang dia cintai hanyalah si A. Dan pula, tidak adanya patokan dan standard pasti dari kata ”lebih baik” juga akan semakin membuat semuanya menjadi sangat bias.
Manusia adalah makhluk yang sempurna karena mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sehingga ketika seseorang dikatakan lebih baik dari yang lain secara general, maka itu adalah suatu kesimpulan yang fatal. Begitu pula dalam sebuah hubungan, ketika A memang merasa tak bisa menjalani masa depan si B, maka akan sangat lebih baik ketika A menyatakan hal yang sebenarnya. Jelas dan Konkrit. Karena mengingat bahwa kata ”akan mendapatkan orang yang lebih baik” tidak membuat keadaan menjadi lebih baik. Terlebih lagi apabila ketidakbisaan itu berdasarkan pemikiran si A saja, seperti merasa kurang pantas, atau kurang bisa membahagiakan, dan laen-laen. Menyayangi seseorang adalah membiarkannya untuk mengetahui kesempurnaan kita, bahwa kita mempunyai situasi yang manis dan pahit.

Dalam hal ini membuka diri dan berlaku jujur adalah hal yang menurut saya cukup bisa diterima. Kita tak akan pernah bisa menerima sebuah cinta dari orang lain ketika kita tak membiarkan mereka mengenali diri kita, dan disinilah kejujuran sangat diperlukan. Dalam pahitnya kejujuran terdapat keindahan yang sangat besar, dan di sinilah keadaan bisa menjadi benar-benar lebih baik.


Read More..

Catatan Lama

Pernah suatu ketika aku merasa sangat ingin muntah dengan sekitar. Beberapa hal yang ada di kiri kanan serasa menekanku ketika pikiran terasa semakin berat dan hati semakin terasa mau meledak. Di saat seperti itulah aku merasa bahwa aku benar-benar membutuhkan seseorang untuk mendengarkanku bercerita, benar-benar membutuhkan tempat untuk menampung tangisanku, benar-benar membutuhkan tangan untuk memeluk dan menenangkanku, benar-benar membutuhkan es krim untuk mendinginkan keadaanku.
Dan di suatu ketika itu, semua yang kubutuhkan ternyata tidak ada. Yang ada adalah: beberapa orang di sampingku yang mengeluh entah tentang cuaca atau tentang mata kuliah yang ada, kelompok belajarku yang menyerahkan segala sesuatu termasuk tugas yang seolah-olah mengharuskan q untuk selalu mengaturnya, beberapa orang yang terus membuat forum lain ketika kelas berlangsung. Bahkan tak ada waktu untuk keluar meskipun hanya ke kamar mandi, dan pula tak ada es krim untuk mengompres suasana.

Di saat seperti itu, diriku yang mempunyai dualisme, berusaha ,melepaskan diri dan menjadi sosok yang biasa aku lakukan. Sekali lagi atau berulang kali lagi lebih tepatnya, diriku berkata ”Semua ini adalah sebuah konsekuensi logis atas semua kegiatan yang aku pilih, yaitu akan lebih banyak pula yang aku pikirkan”. Konsekuensi logis yang tak bisa dengan semena-mena aku ungkapkan, seperti menuntut, menggerutu, dan menyalahkan yang mana ternyata terkadang itu malah mempersulit diriku sendiri.

Read More..

Saturday, January 2, 2010

Angin Malam


Sebuah pertanyaan yang belum terjawab yang sempat dilontarkan oleh seorang teman mendorong saya untuk menulis saat ini. Siapakah atau apakah angin malam itu ketika saya menyebutnya sebagai “angin malamKu”, yah…mungkin itulah kiranya yang ingin dia tahu.

Angin malam, sesuatu yang lebih sering terasa dingin menusuk tulang, sukar ditebak dalam gelapnya, terkadang kurang menyehatkan karena rasa dinginnya, dan kadang pula sarat dengan ancaman dan ketakutan. Namun, ketika kita mulai mengenal dan berusaha memahaminya, di balik rasa dingin tersebut tersimpan suatu kehangatan yang tak bisa dibandingkan dengan hangatnya perapian. Dia membuat kita merasa aman dalam gelapnya. Membuat kita tak bisa melepasnya begitu saja seperti ketika kita bisa melepaskan barang kesayangan kita, dan membuat kita semakin ingin mengenal, memahami, dan menerima segala ancaman dan ketakutan yang ada. Setidaknya inilah yang saya rasakan tentang sebuah “angin malam”.

Kemudian, kenapa saya (dengan berani) menambahkan kata “ku” pada kata tersebut. Hal itu bukanlah karena saya benar-benar memiliki angin malam tersebut. Namun suasana yang bertolak belakang dari apa yang biasanya beberapa orang pikirkan tentang angin malam ini, yang mana saya rasakan seorang diri, membuat saya berani menambahkan kata “ku”. Karena sisi yang berbeda itu belum bisa terkikis dari pikiran dan hati. Dan mungkin memang akan tetap begitu.

Lepas dari makna angin malam itu adalah apa atau siapa, biarkanlah saya sendiri yang mengartikannya. Atau biarkanlah kerelatifan arti dari masing-masing paradigma yang ada bertindak atas ini semua.

Read More..

Sebuah malam di tahun baru


Sebuah malam dimana banyak orang yang menganggapnya sebagai hari yang istimewa karena merupakan hari dimulainya sebuah kehidupan yang baru dan saat yang tepat untuk memulai memikirkan lagi serentetan planning kegiatan untuk ke depannya. Hari terakhir di tahun 2009 yang sebenarnya ingin kuhabiskan di sebuah puncak gunung (entah dimana tempatnya) terpaksa lagi-lagi harus ditunda. Hanya bisa mengharap agar tahun 2010 bisa membayar hutang yang belum terbayar ini.


Banyak kegiatan yang sedang berlangsung di UKM, mulai dari bakar jagung, bakar ikan, nonton film, bikin pisang bakar, hingga sebuah panggung band pun digelar untuk berpartisipasi dalam menikmati tahun baru. Sebuah kumpulan peristiwa yang ramai dan cukup meriah, yang sangat bertolak belakang dengan apa yang tengah kurasakan saat itu. Sebuah hiruk pikuk yang sama sekali tak menyentuh hatiku yang sedang mengeras. Sebuah keceriaan yang tak bisa sekalipun mengutik perasaanku yang dingin. Entah apa yang terjadi dengan senyum dan tawa yang biasa ada. Entah kemana kekuatan dan ketegaran yang selama ini dibangun.

Riuhnya suara kembang api di daerah Soekarno-Hatta cukup mencuri perhatianku menjelang pukul 00.00. Saat itu bisa kurasakan betapa indahnya sebuah “malam” yang banyak orang menganggap bahwa malam adalah suasana gelap dan dingin. Namun ketika malam berkolaborasi dengan cahaya, indahnya tak kalah dengan cerahnya ketika musim semi. Sesaat terlintas di pikiranku, begitu meriahnya keadaan malam tahun baru yang dihiasi macetnya jalan dan banyaknya kembang api, apakah makna dibalik semua keriuhan ini. Betapa sesungguhnya aku sangat ingin pergi ke sebuah tempat yang tenang dan ditemani oleh teman-teman yang memang ingin memaknai masa setahun yang telah terlewat, dan merencanakan masa-masa yang akan dilalui di tahun mendatang. Bercerita bersama, mengeluh bersama, berbangga bersama, marah bersama, tertawa bersama, atau bolehlah juga bila harus menangis…..bersama, disertai dengan percikan api kecil dan secangkir kopi sambil menikmati hembusan angin malam yang hangat.

Hmmm…waktu yang telah berlalu adalah proses untuk memaafkan diri sendiri atas kelalaian dan berterimakasih untuk usaha yang telah kita lakukan dalam proses pendewasaan diri. Waktu yang akan datang adalah saat dimana kita bisa menggambarkan apa yang ingin kita raih. Dan sekarang adalah proses bersyukur dengan cara berbuat sesuatu dengan sebaik-baiknya dan berarti bagi (setidaknya) bagi diri sendiri dan orang lain.

Read More..