Saturday, October 16, 2010

Untuk orang yang aku sayangi.

Saat aku memutuskan untuk menyayangimu lebih dari orang lain dalam kehidupanku, aku yakin suatu hari nanti, cepat atau lambat, aku akan kehilangan ragamu. Tak tau apakah itu karena Tuhan yang memanggilmu, atau karena keputusan yang kau buat. Bahkan ketika aku masih sangat menyayangimu seperti saat ini, aku pun tetap menyadari hal itu akan terjadi. Ada kalanya aku bisa lebih lapang menerima semua kenyataan yang pasti akan terjadi, seperti saat aku menulis ini. Namun ada pula saatnya ketika aku menangis karena rasa sesak yang memenuhi hatiku ketika rasa manusiawi itu datang, yaitu rasa takut akan kehilangan.

Kita sering tak menyadari ketika sebuah perasaan berubah, ketika muncul, ketika berkembang, ketika menguat, ketika menjadi memudar, atau ketika menghilang. Namun sebelum semua itu hilang, atau sebelum aku kehilangan ragamu, setidaknya aku telah berusaha semampuku untuk memberikan yang terbaik atas rasa sayang yang aku kenalkan dan tawarkan kepadamu. Setidaknya suatu hari nanti ketika kau sendirian ditemani bintang dan angin malam, atau ditemani ombak dan matahari yang tengah terbenam, kau akan teringat padaku, teringat pada rasa sayang yang aku kenalkan dengan gayaku. Dan kau akan tersenyum.

”Dia adalah sebuah tembok yang besar, dan aku adalah sebuah lumpur. Meskipun lumpur ini tak bisa membasahi keseluruhan tembok tersebut, namun setidaknya akan membekas di sana selamanya”

-inspired by Andrea Hirata-

Read More..

Bisakah kau menyayangi dirimu dengan mempertimbangkan kebiasaan merokok?

Bila nanti Tuhan benar-benar telah mempercayakan dirimu padaku, aku ingin mengatakan beberapa hal yang mungkin tidak kau suka. Kata orang, wanita sangat suka bicara, aku tak tau apakah memang begitu, namun bila itu benar, maka aku tak ingin menyianyiakan kelebihan itu dan akan mempergunakannya semaksimal mungkin. Sudah lama dirimu menghisap tembakau bernama rokok, dan sudah lama pula aku mengganggumu dengan sering menyembunyikan rokokmu. Sungguh tak banyak keinginanku untuk mengaturmu, apalagi melarang hal-hal yang telah ku lakukan sebelum kau mengenalku. Karena mengenal dirimu saja adalah bagian rasa terimaksihku padaNya.

Sebagai orang yang begitu menyayangimu, aku sadar bahwa kamu bisa diambil kapan saja oleh Yang Memilikimu. Dalam waktu yang tak tentu ini, aku ingin kau tau, bahwa aku ingin bersamamu dalam keadaan sehat. Aku ingin terus berjalan bersamamu mencari sesuatu yang tertinggal meskipun di tengah malam, seperti malam itu, bukan melihatmu tergeletak karena sakit paru-paru. Aku ingin melihatmu menertawaiku saat aku tak tau bahwa kau tengah mengusiliku, seperti saat di kafe itu, bukan melihatmu batuk-batuk tak menentu.

Mungkin ini terlalu berlebihan, namun bukanlah memang begitu diriku, seorang wanita yang terkadang berlebihan untuk sesuatu hal yang disayanginya. Bukan berarti aku tak mau disampingmu ketika kau mengalami rasa sakit, aku hanya ingin kau lebih mempertimbangkan kebiasaanmu, mengingat bahwa kamu sendiri yang bilang bahwa akan lebih baik bila berhenti merokok atas keinginan diri sendiri.

Namun Sayang, aku hanya butuh mengatakan hal ini padamu ketika Tuhan benar-benar akan meminjamkan kamu lebih lama untukku. Aku tak akan menuntut, mengatur, atau melarang. Namun aku akan meminta pada Yang Maha Punya untuk senantiasa menjagamu dan memberikan kualitas pada setiap detik kebersamaan kita. Semoga Tuhan bisa mempercayakan dirimu padaku, untuk menemanimu dan menjaga hatimu di jalanNya.

Read More..