Tuesday, December 29, 2009

Kakekku Yang Diam


Kakek. Membayangkannya saja sudah menyenangkan, gambaran sosok lelaki tua yang bijak dan penyayang selalu mengisi buku gambar imajiku. Namun kakekku tidaklah seperti itu. Beliau adalah sosok yang dingin yang bahkan sangat jarang sekali berbicara denganku, bahkan aku menyangsikan bahwa beliau mengingat bahwa aku adalah cucunya. Kakekku selalu diam, bahkan ketika hembusan nafasnya yang terakhir pada 28 Desember 2009 kemarin, beliau tetap diam dan tak berpesan apa-apa.

Aku ingat saat kecil, tiba-tiba kakekku yang pendiam itu memberiku uang 300 rupiah dan menyuruhku dan teman bermainku saat itu untuk membeli kue. 300 rupiah mungkin tak begitu besar, terutama saat ini. Namun, 300 rupiah itu cukup mahal untuk membayar rasa sayang yang sempat kurasakan saat itu. Meskipun hanya terjadi saat itu.


Dan hingga kemarin, ketika beliau benar-benar diam, entah kenapa tak ada rasa kehilangan. Apakah ini semuanya karena diamnya, atau karena diam kami berdua, atau karena memang tak ada lagi ikatan di antara kami berdua. Semoga Tuhan menerima beliau di sisiNya...

Read More..